Senin, 22 Agustus 2011

SEJARAH SUKU BATAK

Suku Batak
Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.
Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.
Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan:
* Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus.Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).
* Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.
Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.
Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.
Sumber: disarikan dari buku “LELUHUR MARGA MARGA BATAK, DALAM SEJARAH SILSILAH DAN LEGENDA” cet. ke-2 (1997) oleh Drs Richard Sinaga, Penerbit Dian Utama, Jakarta.

ALAM HALUS,ALAM KASAR DAN ALAM MAYA

alam-maya.jpg“Technology is most exciting when it upsets the status quo.” - J. Hockenberry.

Alkisah di suatu masa, alam di dunia ini sudah bertambah sebuah lagi.
Kalo sekarang ada alam halus dan alam kasar, maka di masa itu, selain ada alam halus dan alam kasar, ada juga yang namanya alam maya.
Alam halus dan alam kasar punya aturan dan kehidupan masing-masing.
Mahluk yang sudah halus tidak lagi berhubungan dengan mahluk yang masih kasar.
Kita yang masih hidup tidak lagi berhubungan aktif dengan mahluk yang sudah meninggal dan gaib.
Kadang-kadang ada singgungan, kadang-kadang ada pertemuan, dan biasanya menimbulkan kengerian, tapi hal itu jarang terjadi.
Diantara dua alam ada mereka yang mengaku bisa menjadi jembatan, dukun, paranormal dan orang pintar lainnya punya channel khusus katanya sehingga bisa hidup di dua alam.
Tapi selain di film-film horor dan novel fantasi, dua alam ini biasanya tidak saling ganggu. Masing-masing punya peraturan, kebiasaan dan UU yang berlaku di alamnya masing-masing.

Di masa yang baru tersebut, selain alam halus dan kasar, ada juga ALAM MAYA.
Penduduknya lagi resah sekarang, karena katanya ada peraturan baru untuk hidup dan berperilaku di Alam Maya.
Akan ada peraturan, kebiasaan, norma dan UU baru yang akan berlaku di Alam Maya.
Apakah penduduknya yang membuat? Apakah sudah hasil kesepakatan dengan para penghuninya. Sayangnya bukan.
Pemerintah alam kasar yang membuatnya, katanya agar warga alam kasar bisa lebih aman dan terjamin kalau mereka menginjak Alam Maya.
Tidak takut lagi dibohongin, melihat hal-hal aneh, membaca hal-hal yang tidak menyenangkan.
Penduduk ALAM MAYA cuma bisa geleng-geleng kepala. Siapa yang bisa menjamin warga Alam Kasar itu akan aman tentram sejahtera di Alam Maya? Ada peraturan atau pun tidak.
“Kita berada di 2 alam yang berbeda”, kata MEREKA, bagaimana bisa peraturan alam itu berlaku di alam ini?
“Tapi ya silahkan saja untuk dicoba”, tambah MEREKA, “kami tidak pernah menghalangi siapapun untuk menyebrang dan hidup di alam maya, kami cuma mengharap agar kamu dapat cerdas dan bisa beradaptasi dengan baik, berperilaku sesuai normal, kebiasaan yang sudah berlaku disini.”
“Kata orang bijak, masuk kandang kambing mengembik masuk kandang harimau mengaum.” MEREKA berperibahasa. “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”
Dan sekarang kamu datang kesini, membawa peraturan dan UU kamu sendiri, untuk kamu pakai sendiri. Hmmm ya terserah saja, tapi jangan salahkan kami jika UU dan peraturan kamu tidak akan berlaku.

Karena sama saja dengan memberlakukan UU pada alam halus. Bisakah kamu bayangkan para mahluk halus tersenyum dan mengikuti peraturan kamu?
Kalo tidak percaya tanyakan pada para orang pintar, paranormal dan ahli yg hidup di dua alam, baik yang beneran maupun yang ngaku-ngaku doang.
Kemungkinan besar mereka tidak akan peduli, karena alam kita berbeda.

Alam kasar dan ALAM MAYA pun kadang bersinggungan. Kadang-kadang penduduknya bisa ketemu, dan itu biasanya menimbulkan kengerian.
Tapi itu jarang terjadi.
Dan bukan berarti.
Yang berlaku di sana akan berlaku juga di sini.

Lelaki & Alam Yang Berpuisi

Lelaki itu pernah membaca di sebuah media massa, seseorang -entah siapa ia tak ingat benar- berkata, “Alam berpuisi”.
Katanya, “Bila memandang langit malam yang gelap, ada selarik puisi yang terbentang di sana. Di gunung yang membiru, sawah yang menghijau, lampu-lampu kota yang gemerlapan, sungai, hujan, tembok beton, kakus. Ada puisi yang tersusun kata demi kata, baris demi baris, bait demi bait. Menunggu kita membacanya.”
Lelaki itu lalu pergi ke kakus dan membuang hajat.
Itu mulanya.
Esok harinya ketika bangun di pagi hari dan membuka jendela kamarnya, lelaki itu teringat apa yang dibacanya lagi. Lantas ia pergi ke kakus dan membuang hajat.
Demikian pula esok harinya, esok harinya lagi, dan hari-hari seterusnya.
Lama-lama jadi kebiasaan.
Jika lelaki itu kesulitan buang hajat, ia hanya perlu mengingat kata-kata “Alam berpuisi”, dan segera tubuhnyaakan bereaksi, mendorongnya menuntaskan kegeraman di rongga perutnya ke dalam kakus, membuang hajat.
* * *
Sampai hari ini, ketika lelaki itu duduk di bawah pohon sengon. Berlindung dari terik ramadhan yang membakar, meneduhkan kerongkongannya yang semakin terasa kering setelah dua jam dipaksa mengeluarkan suara-suara sesat yang bisa membangkitkan jenazah dari kuburnya.
Di sela-sela naungan rindang pohon sengon di pelataran parkir gedung para wakil rakyat yang yang terhormat, lelaki itu melihat awan, dan terkesiap ketika menangkap barisan kalimat dalam awan yang berarak putih.
mengerti bahasa
mengapa tak mengerti bahasa manusia?

Dadanya berdegup. Matanya nanar. Napasnya nyaris berhenti.
Lalu otaknya berkata, “Saatnya membuang hajat.”
Dan lelaki itu tergopoh-gopoh menyibak manusia-manusia berjubah panjang, mencari peturasan di lingkungan kantor dewan yang terhormat. Untuk membuang hajat.
* * *
Alam berpuisi.
Dan lelaki itu lebih suka menggunakannya sebagai stimulan.
Untuk membuang hajat.
Sentaby,
DBaonk © Oktober, 2007